Kitab-kitab referensi hadis bagi muslim sunni, pada umumnya didasarkan kepada kitab-kitab yang tergabung dalam al-kutub al-sittah (Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu daud, Sunan al-Tirmidhi, Sunan al-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah) atau al-kutub al-tis’ah (seluruh kitab dalam al-kutub al-sittah ditambah dengan Sunan al-Darimi, Musnad Ahmad ibn Hambal dan Muwatta’ karya Imam Malik). Banyak kontroversi tentang manakah kitab yang dinilai layak atau tidak layak masuk dalam jajaran enam atau sembilan kitab hadis standard tersebut. Dengan konstruk dan argumen yang dibangun masing-masing, para ulama menunjukkan sejumlah kelebihan dan kelemahan kitab-kitab tersebut. Kitab Shahih al-Bukhari sebagai referensi hadis yang dianggap paling ororitatif oleh jumhur ulama sekalipun, tak pelak juga menuai kritik dari para ulama, baik pada aspek sanad maupun matannya. Sebagian ulama bahkan memosisikan Shahih Muslim pada peringkat pertama, karena kelebihan pada aspek sistematika kitab yang dinilai lebih baik daripada Shahih al-Bukhari. Perdebatan juga terjadi pada kualitas kitab-kitab sunan, sehingga di antara mereka misalnya menyatakan bahwa sunan baihaqi lebih baik daripada Sunan Ibn Majah dan sebagainya. Terlepas dari segala perdebatan dan kontroversi tersebut, penulis ingin menunjukkan secara lebih detail, berikut contoh-contoh hadis yang menjadi salah satu karakteristik kitab tersebut atau hadis-hadis yang sering dikritik oleh para ulama maupun orientalis terhadap kitab-kitab dimaksud.