<< / >>

Deskripsi:

Pesantren dituntut berubah. Ia bukan hanya institusi pendidikan dan pelayanan agama. Namun, di sisi lain, transformasi internal sedang terjadi secara perlahan tapi pasti, melalui sekularisasi yang menembus pesantren. Secara langsung atau tidak langsung, pesantren harus memperlengkapi diri dengan ”keterampilan sekuler” untuk menggunakan sumbersumber dayanya. Proses tawar-menawar antara tradisi dan modernitas akan terus terjadi. Fenomena inilah yang kemudian ditunjukkan oleh Pesantren Sidogiri di Pasuruan, misalnya. Mereka tetap berpijak pada teks-teks klasik Islam, meski berkembang dengan koperasi dan usaha kecil lain. Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman di Parung juga terkenal dengan kemandirian dan usaha kecilnya. Pesantren Salafiyah Safi’iyah di Gorontalo malah bersahabat dengan komunitas pemeluk Kristen dan Hindu. Adapun Pondok Pesantren Qamarul Huda di Lombok, sambil terus mengaji, juga mengkampanyekan penyelamatan lingkungan. Modernisme tak bisa dielakkan. Pesantren mestinya tetap bisa berperan sebagai lembaga pendidikan, pencetak kader ulama, dan pengembangan sosial masyarakat. Pesantren perlu terus berdiri sebagai sebuah simbol peradaban.

Eksemplar:

No Kondisi Harga Ketersediaan Lokasi Perpustakaan Lokasi Penyimpanan