Alur kehidupan yang terus maju, memaksa Stevia terjun ke dalam dunia yang tidak pernah terpikirkan olehnya. Mulai dari kebiasaannya, penampilannya, hingga caranya dalam bersikap. Waktu yang memaksa dirinya untuk berubah seratus delapan puluh derajat. Baginya, hidup adalah tentang bahagia dan merasa nyaman. Stevia lahir dalam keluarga yang cukup agamis. Akan tetapi, dirinya berbeda. Meski ibadah tetap terjalani, penampilan dan cara bergaulnya selalu mendapat teguran dari Umi Fatimah, ibunya. Alhasil, Umi Fatimah mendorong putrinya untuk melamar ke sebuah perusahaan. Awalnya Stevia menolak, tetapi apa daya ia tidak ingin membuat ibunya kecewa. Rintangan demi rintangan Stevia hadapi selama terjun ke dunia baru. Kuat? Tidak. Lemah? Iya. Akan tetapi hanya sementara, ketika dia mulai mengenal cinta, semua terhempas begitu saja. Bahagia, sedih, dan selalu bersyukur, semua terangkum dalam kisah Marhaban Ya Cinta.