Menurut Sudibyo (1991), sekitar 80–90% ekspor udang dilakukan dalam bentuk udang beku tanpa kepala dan kulit, diperkirakan menghasilkan limbah yang bobotnya mencapai 50–60% dari bobot udang utuh. Selama ini limbah kulit udang hanya digunakan sebagai campuran pakan ternak. Limbah kulit udang mengandung kitin 15–20%. Transformasi kitin menjadi kitosan dilakukan melalui deasetilasi. Kitosan lebih banyak digunakan daripada kitin karena kelarutannya lebih tinggi daripada kitin, sehingga kitosan lebih banyak digunakan di berbagai bidang seperti medis, farmasi, biologi, kimia, dan lingkungan. Di sisi lain, limbah udang yang potensial ini merupakan bahan yang mudah rusak karena degradasi enzimatik mikroorganisme. Hal ini menimbulkan masalah pencemaran lingkungan bagi industri pengolahan yang membahayakan kesehatan manusia. Limbah ini juga sangat menyita ruang, sehingga memerlukan tempat tertutup yang luas untuk menampungnya. Oleh karena itu, pemanfaatan limbah ini menjadi kitosan jelas akan meningkatkan nilai ekonomis dari limbah tersebut dan juga membantu pemerintah dalam mengatasi pencemaran. Teknologi pembuatan kitosan sangat sederhana serta biaya yang sangat murah. Penelitian tentang kitosan sampai saat ini masih terus dikembangkan. Buku ini membahas salah satu manfaat kitosan yaitu sebagai penjerap (adsorben) yang dapat diaplikasikan di bidang medis, farmasi, biologi, dan lingkungan. Buku ini tidak hanya menampilkan dasar teori adsorpsi saja yang disitasi dari berbagai textbook, melainkan diberikan ilustrasi berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan baik oleh tim kami di IPB maupun di luar IPB. Penelitian-penelitian yang mendukung untuk penulisan buku ini telah terlaksana dengan bantuan dana dari program Hibah Bersaing dan Hibah Kompetensi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Dirjen Dikti Depdiknas), serta bentuk kerjasama penelitian dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta.