<< / >>

Deskripsi:

Dipa Nusantara Aidit hanya butuh waktu setahun untuk membesarkan kembali PKI. Ia mengambil alih partai itu dari komunis tua—Alimin dan Tan Ling Djie— pada 1954, dalam Pemilu 1955 partai itu sudah masuk empat pengumpul suara terbesar di Indonesia. PKI mengklaim beranggota 3,5 juta orang. Inilah partai komunis terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina. Dalam kongres partai setahun sebelum pemilu, Aidit berpidato tentang ”jalan baru yang harus ditempuh untuk memenangkan revolusi”. Aidit punya sejumlah modal untuk melancarkan revolusi—sesuatu yang dipercaya kaum komunis bisa menjadikan masyarakat lebih baik: masyarakat tanpa kelas. Ia dekat dengan Soekarno, ia punya massa. Aidit bercita-cita menjadikan Indonesia Negara komunis. Ketika partai-partai lain tertatih-tatih dalam regenerasi kader, PKI memunculkan anak-anak belia di tampuk pimpinan partai: D.N. Aidit,31 tahun, M.H. Lukman (34), Sudisman (34), dan Njoto (27). Tapi semuanya berakhir pada Oktober 1965, ketika Gerakan 30 September gagal dan pemimpin PKI harus mengakhiri hidup di ujung bedil. Aidit sendiri tutup buku dengan cara tragis: tentara menangkapnya di Boyolali, Jawa Tengah, dan ia tewas dalam siraman satu magazin peluru senapan Kalashnikov serdadu. Setelah itu, ia jadi mitos. Siapa Aidit ini sebenarnya ? Pada Tempo liputan khusus ini disajikan lebih lengkap.

Eksemplar:

No Kondisi Harga Ketersediaan Lokasi Perpustakaan Lokasi Penyimpanan