<< / >>

Deskripsi:

Dari benang merah perjalanan budaya Bali, baik perubahan yang diakibatkan oleh pembangunan yang mengacu ke era industri, maupun langsung atau tidak karena dampak Bom I dan Bom II, saya pun mengumpulkan berbagai tulisan yang tercecer di berbagai penerbitan. Hasilnya adalah dua buku yang saya maksudkan sebagai “sambungan” dari perjalanan budaya yang sejak awal saya rekam dalam buku Menggugat Bali. Kedua buku itu adalah Mendebat Bali dan Bali Meradang. Jadi, ditambah dengan buku awal Menggugat Bali, maka jadilah ini sebuah Trilogi yang merekam sejarah perjalanan budaya dari lebih setengah abad. Mendebat Bali, dimaksudkan sebagai catatan untuk bahan perdebatan, apa yang akan kita lakukan untuk Bali agar kelestarian budaya dan adatnya tetap terjaga. Adat dan budaya yang usang, apalagi yang bertentangan dengan agama, tetapi diwariskan secara turun-temurun, tentu kita buang. Tetapi adat dan budaya yang secara nyata senapas dengan agama Hindu, haruslah kita lestarikan sepanjang zaman. Itu yang saya maksudkan sebagai bahan untuk diperdebatkan dengan hati yang lapang. Buku Bali Meradang, adalah akhir dari Trilogi ini. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2002) merujuk kata “meradang” sebagai: “marah sekali; geram; jengkel sekali.“ Ya, orang Bali marah, geram dan jengkel dengan ledakan bom kedua ini. Dampak buruk Bom I belum pulih benar, sudah disusul Bom II.

Eksemplar:

No Kondisi Harga Ketersediaan Lokasi Perpustakaan Lokasi Penyimpanan