Deskripsi:

Sepeninggal Hanggono, Kumala bersikeras untuk tidak membahas kematian suaminya itu dengan anak-anaknya. Bahkan, saat Wayan dengan serius menanyakannya. Sampai bertahun-tahun kemudian, saat menginjak usia 22 tahun, Wayan memutuskan untuk mencari tahu sendiri misteri di balik kematian Papanya, sekaligus mencari tahu apa kiranya alasan yang membuat Mama dan Papanya itu dengan tergesa memutuskan untuk meninggalkan Jawa dan menetap di Bali. Kedatangan Wayan ke rumah keluarga Sastrowiharjo menjadi babak hidup baru bagi Wayan. Pada awalnya, Wayan sangsi akan persepsi buruknya tentang keluarga Sastrowiharjo yang hampir tidak ada celah. Sampai akhirnya, rentetan-rentetan kejadian tak bernalar mulai berlangsung setiap hari. Bagaikan potongan puzzle, Wayan menyusunnya satu per satu untuk melihat seperti apa gambaran besarnya. Hingga pada suatu malam, Wayan melihat Bayu, adik dari Papanya itu melakukan sebuah ritual yang aneh. Roni dan Yunita, dua sepupunya itu pun berada di dalam ruangan itu. Terdapat dua orang, laki-laki dan perempuan yang Wayan tidak tahu siapa—dengan tangan dan kaki terikat. Sampai akhirnya, dengan mata kepalanya sendiri, Wayan menyaksikan kedua orang itu secara bergantian menjerit, terkulai, dan berubah menjadi tak bernyawa beriringan dengan mantra yang terus dirapal oleh pamannya. Dan, dengan sangat terkejut, Wayan menyaksikan Roni dan Yunita pun terlibat dalam ritual itu. Wayan tersentak. “Apa yang sebenarnya dilakukan oleh orang-orang di rumah ini?!”

Eksemplar:

No Kondisi Harga Ketersediaan Lokasi Perpustakaan Lokasi Penyimpanan