<< / >>

Deskripsi:

Dia melirik perempuan itu lagi, membuat hatiku terbakar api cemburu seolah aku belum paham bahwa dia mencintai perempuan itu. Dia, Dimas, adalah sahabatku. Mantan sahabatku, lebih tepatnya. Entah kenapa ‘tega’ yang kugenggam ini membiarkanku menyebutnya sebagai ‘mantan sahabat’. Mungkin aku memang sudah harus membatasi diri untuk tidak lagi menyahabatkan persahabatan kami yang telah lampau berlalu bagai angin. Aku harus tega. Namaku Tiara, tapi aku lebih suka dipanggil Lala. Sebenarnya nama panggilanku sewaktu kecil adalah Rara, namun karena aku cadel dan aku selalu keberatan ketika diejek mengenai aku yang kesulitan menyebut namaku sendiri, maka aku memutuskan untuk dipanggil ‘Lala’ sedari hari pertama menginjakkan kaki di Sekolah Menengah Pertama. Dimas, sahabatku kala itu, adalah orang pertama yang kukenal ketika pertama kali menginjakkan kaki di sekolah yang baru. Aku ingat sekali Dimas yang mengulurkan tangannya kepadaku, menyebutkan namanya dengan wajah gugupnya. “Dimas,” katanya sembari mengulurkan tangannya, “Kamu?” “Tiara,” balasku. Dimas tertawa, menertawai ke-cadelanku. Aku cemberut. “Panggil Lala saja,” sambungku memotong tawanya. Justru ia melanjutkan tawanya, bahkan semakin terbahak ketika telah kusebutkan nama panggilanku.

Eksemplar:

No Kondisi Harga Ketersediaan Lokasi Perpustakaan Lokasi Penyimpanan