“Ngga kebayang kalo kamu punya anak entar gimana, sekarang aja masih tomboy kek gini.” “Kok keguguran terus sih..? Mungkin kamu emang belum siap jadi Ibu!”  “Jadi sarjana juga tetep aja ujung-ujungnya jadi Ibu Rumah Tangga!” ucapan seseorang tepat sehari setelah aku wisuda. “Sarjana pendidikan kok nganggur kenapa nggak jadi guru?” Vitamin pahit itu sudah biasa aku telan ketika memperjuangkan anakku lahir selamat ke dunia. Apakah aku salah ketika ingin berjuang punya anak? Apakah aku berdosa jika gagal terus sebelum akhirnya berhasil memiliki anak? Seakan-akan jebolan mahasiswa itu tahunya belajar doang tapi ngga mampu menjadi Ibu. But Life Must Go On. Dengerin kata orang emang ngga ada habisnya, dengan Bismillah dan ikhtiar maksimal aku dan suamiku melanjutkan perjuangan ini sampai batas waktu yang ditetapkan-Nya. Pokoknya, No Pain No Gain weh lah..!